Selasa, 04 September 2012

Batik Tulis Giriloyo sebagai Warisan Budaya Indonesia Yang Bernilai Luhur)*

Jazir Hamid
Bila mengamati ragam busana yang sedang tren saat ini, maka akan terlihat begitu pesatnya perkembangan fashion di Indonesia. Termasuk diantaranya adalah batik yang telah mengalami transformasi fungsi yaitu dari batik sebagai busana untuk acara-acara resmi menjadi batik yang dapat dikenakan sebagai busana dalam berbagai kesempatan dan kepentingan. Batik sendiri mempunyai sejarah panjang sehingga dapat disebut sebagai warisan budaya Indonesia yang sudah berlangsung secara turun-temurun.
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan “titik” yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik” yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.

Batik di Indonesia secara historis sudah dikenal sejak abad XVIII. Batik ditulis pada daun lontar yang didominasi dengan motif bentuk binatang atau tanaman. Namun dalam perkembangannya, corak-corak tersebut beralih menjadi motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang, cerita rakyat, dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak dan teknik muncul seni batik tulis seperti yang dikenal saat ini.
Corak dan warna batik tradisional sangat bervariasi macamnya sesuai dengan filosofi dan budaya yang beragam di tiap-tiap daerah. Khasanah budaya Indonesia yang begitu kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri tersendiri. Jadi walaupun batik berasal dari bahasa Jawa, namun sebenarnya tradisi membatik telah tersebar lebih dahulu di berbagai wilayah Nusantara seperti, Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Corak batik juga mendapat pengaruh dari luar yang dibawa oleh pedagang asing, seperti bangsa China, ataupun pengaruh dari bangsa Belanda.
Corak batik yang beragam ini dibuat dengan teknik penulisan di atas sehelai bahan berwarna putih yang terbuat daru kapas atau sering disebut kain mori. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin (malam) dengan menggunakan alat yang dinamakan canting sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain tersebut kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, dengan beberapa kali proses pewarnaan. Dengan teknik seperti ini, akan menghasilkan kain yang disebut “Batik Tulis”.
Pembuatan batik tulis harus dilakukan dengan tingkat ketelitian dan kesabaran yang tinggi karena membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan dalam pengerjaannya sehingga pada masa lampau khususnya di Jawa, pekerjaan ini secara eksklusif dilakukan oleh kaum perempuan. sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Pada masa itu, batik hanya dikerjakan terbatas di kraton (istana) dan dijadikan sebagai pakaian untuk keluarga kerajaan. Hingga kemudian batik mulai dikenakan oleh pengikut istana dan selanjutnya meluas di kalangan rakyat jelata. Dengan penyebaran ini menyebabkan semakin berkembangnya motif batik di dalam masyarakat. Batik dengan motif tertentu dapat menunjukkan status sosial seseorang, sehingga ada beberapa motif yang hanya dipakai oleh keluarga tertentu. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional yang hanya dipakai oleh keluarga kraton Yogyakarta dan Surakarta.
Secara filosofis motif batik mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai dengan kebudayaan daerah setempat. Misalnya saja di pulau Jawa, batik telah menyebar ke berbagai wilayah seperti Mojokerto, Tuban, Sidoarjo, Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, hingga Cirebon. Daerah-daerah ini mempunyai adat, tradisi, dan budaya yang berbeda satu sama lain.
Nilai-nilai tersebut akan tertuang dalam bentuk motif batik yang akan menyampaikan pesan dari sang pemakai. Sebagai contoh dalam batik gedog Tuban, motif batik Gringsing yang berasal dari gering (bahasa Jawa) yang berarti kurus. Harapannya, pemakai batik gringsing tidak akan kurus lagi, yang lebih jauh memiliki filosofi keseimbangan dalam kemakmuran dan kesuburan. Untuk tema pernikahan, mulai dari batik pada saat melamar, hantaran hingga paska pernikahan, antara lain menggunakan batik Mahkota dari Sidoarjo yang menandai bahwa pemakai batik yang akan menikah tersebut merupakan orang terpandang.
Di Surakarta dan Yogyakarta, motif batik berhubungan dengan makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada beberapa motif yang dianggap sakral dan hanya dipakai pada kesempatan dan peristiwa tertentu. Misalnya motif Sida Mukti, yang secara harafiah berarti “menjadi berkecukupan”, kemudian motif Wahyu Tumurun (turunnya wahyu), yang digunakan hanya untuk upacara jumenengan (perayaan ulang tahun naik tahta). Sementara motif Parang yang bernuansa ramai dipakai pada saat pesta atau perayaan. Sedangkan untuk melayat, digunakan warna yang lebih lembut yaitu motif Kawung. Keempat motif batik tersebut hanya diperuntukan bagi keluarga keraton, dan tidak boleh digunakan oleh rakyat jelata. Di luar empat motif batik tersebut, tentu masih terdapat banyak motif lain.
Di kraton Yogyakarta, terdapat aturan yang resmi mengenai penggunaan kain batik ini. Ketika ada acara hajatan perkawinan, kain batik haruslah bermotif idoasih, Taruntum, Sidomukti, Sidoluhur, dan Grompol. Sedangkan untuk mitoni, biasa menggunakan motif Picis Ceplok Garudo, Parang Mangkoro, atau Gringsing Mangkoro.
Kemudian Cirebon sebagai salah satu pusat kebudayaan Islam Jawa yang mendapat pengaruh kental dari China, memiliki motif batik yang terkenal yaitu motif Megamendung yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas. Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Pemakainya batik ini diharapkan akan selalu mengingat nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupannya.
Dari berbagai jenis motif batik tersebut memberikan gambaran nilai-nilai sosial, kultural dan ketuhanan yang ada pada masyarakat Indonesia kemudian disampaikan dalam wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna filosofis yang akan terus menggemakan kekuatan budaya bangsa Indonsesia.
Seiring dengan perkembangan jaman, batik telah berevolusi menjadi busana yang dinamis dan cocok bagi semua kalangan, termasuk anak muda. Hal ini nampak dengan semakin suburnya industri batik kontemporer atau konsep tradisional modern dengan corak yang sesuai dengan tren tetapi tidak melupakan esensi dari seni batik itu sendiri. Batik pun telah mengalami ekspansi media dari yang semula hanya digunakan sebagai busana, kini batik telah menjadi corak berbagai macam kerajinan seperti topeng, patung, hingga furniture, dan perabot rumah tangga lainnya.
Kini Indonesia semakin giat memperkenalkan dan memasarkan batik ke seluruh dunia sebagai warisan budaya yang unik dan indah namun tetap sesuai dipadu-padankan dengan dinamisme kehidupan modern. Indonesia juga patut berbangga karena sejak 2 Oktober 2009, batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). (Link Penulis: http://www.wix.com/yunisugandini/portfolio)
)* Source : http://museumtekstiljakarta.com/2012/03/01/batik-warisan-budaya-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Budaya:

Label

Batik Tulis Giriloyo (10) Batik Giriloyo (8) Batik (5) Batik Warna Alam (5) Warna alam (5) Belajar Batik (4) Batik Tulis (3) Indigo (3) Motif Batik (3) Motif Sidoasih (3) Produk Batik (3) Batik Bantul (2) Batik Klasik (2) Budaya Batik (2) Fiksasi (2) Gazebo Batik Giriloyo (2) Jogja Fashion Week (2) Pewarnaan Alam (2) Pringgondani (2) Sido Mukti (2) Wahyu Temurun (2) Wahyutemurun (2) Zat Warna Alam (2) Baju Batik (1) Bantul (1) Bantul Exspo (BE) 2012 (1) Batik Solo (1) Batik ACEH (1) Batik Cap (1) Batik Sutera (1) Batik Tulis Girilyo (1) Batik Tulis Motif Tambal (1) Batrik Giriloyo (1) Belajar Batik Tulis (1) Biru Indigo (1) Buku Belajar Batik (1) Clean Batik (1) Corak Batik (1) Desa Wisata (1) Fashion carnival (1) Filosofi Batik (1) Giriloyo Batik Village (1) Gondorukem (1) Guru Batik (1) JFW 2012 (1) Kampung Batik Tulis (1) Kemeja Batik (1) Kursus batik tulis (1) Larutan Fiksasi (1) Leraning Batik (1) Lomba Foto (1) Makam Sultan Agung (1) Makam Sultan Agung (1) Mesin Pewarna Batik Feeder (1) Motif Minimalis (1) Nglorod Batik (1) Ornamen (1) Ornament Isen (1) Paket Wisata (1) Pameran Dagang (1) Pasta Indigo (1) Pembuatan batik (1) Peragaan Busana (1) Perajin Batik Giriloyo (1) Pola Batik. (1) Pola Ornamen (1) Privat Batik Tulis (1) Produk (1) Produk Batik Tulis (1) Proses Warna Alami (1) Ragam Hias (1) Rahardi Ramlan (1) Ramah Lingkungan (1) SMU 1 Sewon (1) Sebuah Harga Produk (1) Sejarah (1) Sejarah Motif Batik (1) Sejarah Motif Batik Kraton (1) Semen Gurdo (1) Seni Kriya (1) Sentra Batik (1) Sentra Batik Giriloyo (1) Sentra batik tulis giriloyo (1) Sido Asih (1) Sido Luhur (1) Sido Mukti.Warna alam (1) Tpis. (1) Truntum Motif (1) Upaya Pelestarian batik Tulis (1) Warisan Budaya (1) Wisata Batik Giriloyo (1) YAKKUM (1) batik Course (1) batik Jogja (1) batik ramah lingkungan (1) batik sekar kedhaton.giriloyo (1) batik tulis warna alam (1) canting batik (1) canting tulis (1) ekstraksi (1) indigosol.warna batik (1) kelas privat (1) kulit kayu mahoni (1) kursusbatik (1) logo (1) membatik (1) motif kalsik (1) motif klasik (1) motiftradisional (1) pasar wisata (1) pengrajin batik tulis giriloyo (1) proses batik (1) sekar jagad (1) sisik Melik (1) warna sintetis (1) wword craft council (1)