Berbahayanya bahan kimia yang digunakan dalam
proses pembatikan membuat pewarna alam makin dilirik. Batik Warna Alam di samping ramah
lingkungan dan aman bagi kesehatan pewarna alam ini lebih mudah didapat dan nyaris tidak
adat limbah. Meskipun berbahan alam warna batik
jenis ini juga batik tidak mudah pudar ketahanan warna batik bergantung pada cara
pengikatan/fiksasi dan pencelupan saat pembuatannya.
Proses pembuatan pewarna alami batik ini cukup
mudah. Hampir semua bahan dasar batik alami diambil dari bagian tumbuhan,
seperti daun, kulit, batang, biji, buah dan bunga. Khusus untuk buah, kita hanya
perlu menumbuk dan mengambil sari-sari buah sebagai pewarna.
Sedangkan untuk bagian tumbuhan lainnya harus direbus terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kilogram bahan dicampur 10 liter air. Bahan tersebut direbus selama satu setengah jam hingga menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna.
Sedangkan untuk bagian tumbuhan lainnya harus direbus terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kilogram bahan dicampur 10 liter air. Bahan tersebut direbus selama satu setengah jam hingga menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna.
Warna yang dihasilkan pun beragam, tergatung
dari proses fiksasi atau pengikatan warna. Untuk warna pekat, dianjurkan
menggunakan tanjung atau tenosulfat. Adapun kapur menghasilkan warna lebih
muda, sedangkan tawas mebuat warna lebih terang. Semakin sering batik dicelup
maka akan semakin awet warnanya.
jika menggunakan bahan kimia biasanya dua kali celup sudah
bagus warnanya, tapi kalau pakai bahan alam perlu dicelup sampai lima belas
kali atau lebih. Banyaknya pencelupan pun tergantung dari warna yang
diinginkan, yaitu ingin warna muda atau pekat. Dari batik warna alam ini
kta berharap dapat membuka peluang usaha industri kreatif di Indonesia, sebab
selain ramah lingkungan, batik alam memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan batik dengan pewarna kimia. Harga batik alam bisa mencapai 3 kali
lipat dari batik biasa/warna sintetis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam Budaya: