Sampai detik ini, ketika tulisan ini
dipublihs, bahan dan peralatan batik terus mengalami kenaikan harga. Tak
mau ketinggalan para pengrajin batik juga ingin merasakan dan mencoba
ikut menaikkan harga/jasa pembatikannya. Kalau kemaren-kemaren mereka
nurut apa kata pemberi order pembatikan, berapapun rupiah yang dikasih
sebagai upah jasa pembatikannya diterima dengan senyum dan penuh
kegembiraan. Tetapi saat ini mereka sudah berani mematok harga berapa
setu lembar kain batik dengan ukuran 2.5 m harus dibayar..
Bahan pewarna Alam (Jolawe) juga sangat
mahal.. Sementara penjualan kain Batik belum mampu seperti yang
diharapkan, bahkan cenderung lebih rendah ketimbang kemaren-kemaren
ketika bahan serta upah pembatikannya masih standar.
Dan yang lebih ironis lagi, pembeli
(Buyer) tidak mau tahu kondisi seperti ini, yang mereka tahu dan mereka
mau adalah mendapatkan batik yang sebagus-bagusnya dan
semurah-murahnya.
Dalam
suatu pameran, seorang pembeli suka dengan produk yang kami tawarkan
dengan harga yang imbang. Artinya kwalitas produk dan harga sangat
serasi. Kalimat penawaran yang penuh rayu sembari membolak-balikkan
lembaran kain selalu diperhalus dan dibuat kesan "dimanja-manjakan"
agar produk bisa terbeli olehnya. Namun penjaga stand mempunyai naluri
bisnis yang sangat kuat dan memegang prinsip "Teman adalah teman, bisnis
adalah bisnis" . Jadi intinya semanis apapun rayuan yang tersaji
kepadanya tak akan termakan oleh sang penjaga stand.. Akhirnya, calon
pembeli mondar-mandir lebih dari 10 kali menyambangi stand Produk batik
yang ia suka... Meski
harga produk yang ia suka dianggap mahal, tetapi sebenarnya itu sangat
murah bila ia mau dan mampu melihat betapa mahalnya sebuah proses dan
betapa mahal dan susahnya bahan-bahan produksi itu di dapat. Seperti
Jolawe misalnya: (salah satu bahan pewarna alam) yang awalnya Rp. 9000,- sekarang harganya sudah menembus Rp. 25.000,- - 27.000,- / Kg. Ironis Bukan?
Batik Tulis: Motif Alas-alasan. |
Gambar di samping adalah salah satu
contoh Produk (Batik Tulis) motif Alas-alasan Yang diproses dengan Zat
Warna Alam menggunakan Jolawe dengan 7 kali pencelupan ke dalam zat warna Alam baru kemudian dicelupkan ke dalam larutan fiksasi, pd produk ini fiksasi yang digunakan adalah Tawas. Kemudian dipertahankan warna kuning kehijauannya dg
cara ditutup lilin baru kemudian dicelup lagi ke dalam Fiksator
(pengunci) Tunjung sehingga menghasilkan warna yang gelap pada latarnya. Cantik Bukan..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam Budaya: