Pewarnaan Batik Pada zaman
dahulu, diwarnai dengan menggunakan pewarna alam seperti kulit kayu mahoni. Nila/tom-Indigo
untuk warna biru. Dalam prakteknya penggunaan pewarnaan dengan pewarna alamjarang digunakan oleh para
pembatik, karena proses pengerjaannya cukup memakan waktu yakni kurang lebih 2
sampai 3 hari, sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen dalam waktu dekat,
tidak dapat terkejar.
Bagi para perajin yang kurang
telaten dan sabar umumnya beralih ke pewarnaan kimia, yang proses pewarnaannya
lebih cepat, yang mengakibatkan lambat laun penggunaan pewarna alami, kian
ditinggalkan oleh perajin batik yang pemula. Akan tetapi pewarnaan Alami ini sekarang mulai dikembangkan lagi oleh
para pengrajin Batik Tulis Girilyo, dengan pertimbangan "mudah" mencari
bahan-bahan untuk pewarna Alam di daerah ini.
Dengan keluarnya larangan
pewarnaan batik yang menggunakan beberapa golongan zat warna sintestis yang berbasis
Azo, maka di Indonesia khususnya daerah Jogja mulai melakukan penggalian
kembali penggunaan zat warna alam yang banyak tersedia, disamping pangsa pasar
tekstil di negara Eropa juga menghendaki batik dengan menggunakan pewarna alam.
Dengan berubahnya keinginan pasar
maka kepada perajin telah disarankan untuk menggunakan kembali pewarna alam
yang berasal dari kayukayuan, daun-daunan, akar-akaran yang berasal dari hutan
yang ada di daerah tersebut
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam Budaya: