Selasa, 05 Agustus 2014

Batik Pewarna Alam yang Ramah Lingkungan

Berbahayanya bahan kimia yang digunakan dalam proses pembatikan membuat pewarna alam makin dilirik. Batik Warna Alam di samping ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan pewarna alam ini lebih mudah didapat dan nyaris tidak adat limbah. Meskipun berbahan alam warna batik jenis ini juga batik tidak mudah pudar ketahanan warna batik bergantung pada cara pengikatan/fiksasi dan pencelupan saat pembuatannya.
Proses pembuatan pewarna alami batik ini cukup mudah. Hampir semua bahan dasar batik alami diambil dari bagian tumbuhan, seperti daun, kulit, batang, biji, buah dan bunga. Khusus untuk buah, kita hanya perlu menumbuk dan mengambil sari-sari buah sebagai pewarna. 
Sedangkan untuk bagian tumbuhan lainnya harus direbus terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kilogram bahan dicampur 10 liter air. Bahan tersebut direbus selama satu setengah jam hingga menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna.
Warna yang dihasilkan pun beragam, tergatung dari proses fiksasi atau pengikatan warna. Untuk warna pekat, dianjurkan menggunakan tanjung atau tenosulfat. Adapun kapur menghasilkan warna lebih muda, sedangkan tawas mebuat warna lebih terang. Semakin sering batik dicelup maka akan semakin awet warnanya.

jika menggunakan  bahan kimia biasanya dua kali celup sudah bagus warnanya, tapi kalau pakai bahan alam perlu dicelup sampai lima belas kali atau lebih. Banyaknya pencelupan pun tergantung dari warna yang diinginkan, yaitu ingin warna muda atau pekat. Dari batik warna alam ini kta berharap dapat membuka peluang usaha industri kreatif di Indonesia, sebab selain ramah lingkungan, batik alam memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan batik dengan pewarna kimia. Harga batik alam bisa mencapai 3 kali lipat dari batik biasa/warna sintetis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Budaya: